MAKALAH
PARASIT
INFEKSI
CACING TERHADAP KESEJAHTERAAN MANUSIA
Disusun
oleh :
RIRIN
PUJI ASTUTI
A.102.08.053
1B2
AKADEMI
ANALIS KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Lingkungan
hidup menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk di dalamnya manusia beserta perilakunya yang mempengaruhi
kehidupan dan kesejahteraan manusia.
Indonesia merupakan salah satu negara
yang masih menghadapi berbagai masalah kesehatan termasuk masih tingginya
prevalensi penyakit infeksi terutama yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan
dan perilaku higienitas yang belum baik. Salah satu penyakit yang insidennya
masih tinggi adalah infeksi cacingan yang merupakan salah satu penyakit yang
berbasis sanitasi dan higienitas yang buruk (Depkes RI, 1999).
Keadaan sanitasi lingkungan yang
belum memadai, keadaan sosial ekonomi yang masih rendah didukung oleh iklim
yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan cacing merupakan beberapa faktor
penyebab tingginya prevalensi infeksi cacing usus yang ditularkan di Indonesia
(Zit, 2000).
Salah satu penyakit cacingan adalah
penyakit cacingan usus yang ditularkan melalui tanah atau sering disebut dengan
Soil Transmitted Helminths yang
sering dijumpai pada anak usia Sekolah Dasar dimana pada usia ini anak masih
sering kontak dengan tanah. Ada 3 jenis cacing yang terpenting adalah cacing
gelang (Ascaris lumbricoides), cacing
tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), dan cacing cambuk (Trichuris trichiura).(Depkes RI, 2004).
Infeksi cacing merupakan
permasalahan kesehatan masyarakat yang utama di negara miskin atau negara
berkembang, dan menempati urutan tertinggi pada angka kesakitan yang
ditimbulkan pada anak usia sekolah. Terjadinya infeksi tidak hanya bergantung
pada kondisi lingkungan ekologi suatu wilayah saja, tetapi juga bergantung pada
standar sosial ekonomi masyarakat setempat.(Bethony, et.al.2004).
Penyakit
cacingan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Dari
hasil penelitian ternyata prevalensi penyakit cacingan masih tinggi, yaitu
60-70%. Tingginya prevalnsi ini disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban
udara tinggi di Indonesia, yang merupakan
lingkungan yang baik untuk perkembangan cacing, serta kondisi sanitasi
dan higyene yang buruk.(Depkes, 2004)
BAB II
PEMBAHASAN
Indonesia
merupakan salah satu negara yang masih menghadapi berbagai masalah kesehatan
termasuk masih tingginya prevalensi penyakit infeksi terutama yang berkaitan
dengan sanitasi lingkungan dan perilaku higienitas yang belum baik. Salah satu
penyakit yang insidennya masih tinggi adalah infeksi cacingan yang merupakan
salah satu penyakit yang berbasis sanitasi dan higienitas yang buruk (Depkes
RI, 1999).
Infeksi
cacing merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang utama di negara miskin
atau negara berkembang, dan menempati urutan tertinggi pada angka kesakitan
yang ditimbulkan pada anak usia sekolah. Terjadinya infeksi tidak hanya
bergantung pada kondisi lingkungan ekologi suatu wilayah saja, tetapi juga
bergantung pada standar sosial ekonomi masyarakat setempat.(Bethony,
et.al.2004).
Prevalensi
penyakit cacingan di Indonesia masih sangat tinggi terutama pada anak balita
dan usia Sekolah Dasar. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Adi Sasongko di
Jakarta periode 1986 – 1991, menemukan bahwa sekitar 60-90% siswa SD terinfeksi
oleh cacing. Meskipun tidak mematikan, tetapi cacingan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada manusia berupa menurunnya kondisi gizi dan kesehatan
masyarakat. Dalam jangka panjang, pada anak-anak penyakit cacingan dapat
berdampak pada gangguan kemampuan dalam belajar.
Anak usia Sekolah Dasar merupakan golongan
masyarakat yang diharapkan dapat tumbuh menjadi sumber daya manusia yang
potensial di masa yang akan datang sehingga perlu diperhatikan dan disiapkan
untuk dapat tumbuh sempurna baik fisik maupun intelektualnya. Dalam hubungan
dengan infeksi kecacingan, beberapa peneliti ternyata menunjukkan bahwa usia
sekolah merupakan golongan yang sering terkena infeksi kecacingan karena sering
berhubungan dengan tanah (Depkes RI,2004).
Penyakit cacingan ditularkan melalui
tangan yang kotor, kuku panjang dan kotor menyebabkan telur cacing terselip.
Penyebaran penyakit cacing salah satu penyebabnya adalah kebersihan perorangan
yang masih buruk. Penyakit cacing dapat menular diantara murid sekolah yang
sering berpegangan tangan sewaktu bermain dengan murid lain yang kukunya
tercemar telur cacing (Hendrawan, 1997).
Penyakit
cacingan merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, terutama di daerah
pendesaan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah sanitasi lingkungan yang belum memadai,
kebersihan pribadi (Personal Hygiene), tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
rendah dan perilaku hidup sehat yang belum memadai (Rampengan, 1997).
Salah
satu faktor yang menyebabkan terjadinya penularan kecacingan adalah kurangnya
pengetahuan tentang kecacingan. Penelitian Wachidanijah,2002 menunjukkan bahwa
terdapat kecenderungan makin tinggi pengetahuan samakin baik perilaku dalam
hubungan kecacingan.
A.
PENYAKIT
CACINGAN
Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan
yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis
cacing yang termasuk Nematoda usus. Sebagian besar dari Nematoda ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Diantara Nematoda usus terdapat sejumlah
spesies yang penularannya melalui tanah (Soil Transmitted Helminths)
diantaranya yang tersering adalah Ascaris
lumbricoides, Necator americanus,
Ancylostoma duodenale dan Trichuris
trichiura (Srisasi Gandahusada, 2006).
Manusia merupakan hospes definitif beberapa
nematoda usus (cacing perut) yang dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan
masyarakat. Diantara cacing perut terdapat sejumlah spesies yang ditularkan
melalui tanah (Soil Transmitted
Helminths).
Diantara cacing tersebut yang terpenting
adalah cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma
duodenale dan Necator americanus),
cacing cambuk (Trichuris trichiura)
dan cacing pita (Taeniasis) (Behrman,
2000).
Cacingan atau sering disebut kecacingan merupakan penyakit
endemik dan kronik yang diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi
tinggi, tidak mematikan, tetapi mengganggu kesehatan tubuh manusia sehingga
berakibat menurunkan kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. Kecacingan umumnya
disebabkan oleh infeksi cacing gelang Ascaris
lumbricoides, cacing kremi Oxyuris
vermicularis, cacing pita Taenia
solium, dan cacing tambang Ancylostoma
duodenale (Zulkoni Akhsin, 2007).
Salah satu gejala yang sering ditimbulkan oleh adanya infeksi
cacingan adalah muntah dan mencret (diare). Selain itu, Ascaris lumbricoides
yang merupakan salah satu jenis cacing perut yang umum dijumpai pada anak-anak
dapat menyebabkan kematian karena penyumbatan pada usus halus dan saluran
empedu (Siregar, 1996).
B.
CARA PENULARAN
Penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah
termasuk dalam nematoda saluran cerna. Penularan dapat terjadi melalui 2 cara,
yaitu:
1. Infeksi langsung
Penularan langsung dapat terjadi bila telur cacing dari tepi
anal masuk ke mulut tanpa pernah berkembang di tanah. Cara ini terjadi pada
cacing kremi (Oxyuris vermicularis)
dan Trikuriasis (Trichuris trichiura).
Penularan langsung dapat terjadi setelah periode berkembangnya telur di tanah
kemudian telur tertelan melalui tangan atau makanan yang tercemar (Ascaris lumbricoides).
2. Larva
menembus kulit
Penularan melalui kulit terjadi pada cacing tambang atau
Ancylostomiasis dan Strongylodiasis dimana telur terlebih dahulu menetas di
tanah, baru kemudian larva filariform menginfeksi melalui kulit.
C.
MACAM-MACAM
PENYAKIT CACING
1. Askariasis
Penyakit Askariasis disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides. Parasit ini ditemukan kosmopolit. Survey yang
dilakukan di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi Ascaris lumbricoides masih cukup tinggi,
sekitar 60-90%.
Dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam
waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif tertelan manusia menetas di usus
halus. Larva menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran
limfe, lalu di alirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru.
Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk
rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari
trakea larva menuju faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring.
Penderita batuk karena rangsangan tersebut dan larva tertelan kembali dalam
esofagus lalu menuju ke usus halus.
2. Ankilostomiasis
Pejamu cacing tambang adalah manusia. Penyakit cacing tambang menyerang
semua umur dengan proporsi terbesar pada anak. Belum ada keterangan yang pasti
mengapa banyak anak yang diserang, tetapi penjelasan yang paling mungkin adalah
karena aktifitas anak yang relatif tidak higienis dibandingkan dengan orang
dewasa. Penyebaran cacing ini di Indonesia dengan prevalensi tinggi, terutama
di daerah pedesaan sekitar 40%.
Telur menetas menjadi larva rhabditiform kemudian berubah menjadi larva filariform
yang menembus kulit. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit.
Infeksi juga dapat terjadi dengan menelan larva filariform dari makanan atau
minuman yang tercemar.
3. Enterobiasis
Penyakit cacing kremi tersebar di seluruh dunia dengan konsentrasi pada
daerah-daerah yang faktor perilaku sehatnya masih rendah. Meskipun penyakit ini
menyerang semua usia, namun penderita terbanyak adalah anak usia 5-14 tahun.
Hal ini karena perilaku menggaruk dan daya tahan tubuh yang masih rendah pada
anak.
Cacing dewasa betinabermigrasi pada malam hari ke daerah perianal untuk
bertelur. Telur akan terdeposit di sekitar area ini. Hal ini akan menyebabkan
rasa gatal di sekitar anus. Apabila digaruk maka penularan dapat terjadi dari
kuku jari tangan ke mulut, infeksi oleh diri sendiri. Metode penularan lainnya
adalah dari orang-ke orang melalui pakaian, peralatan tidur. Penularan juga dapat
terjadi dalam lingkungan yang terkontaminasi cacing kremi.
4. Trichuriasis
Cacing ini bersifat kosmopolit, terutama di temukan di daerah panas dan
lembab.
Cara infeksi langsung bila secara kebetulan menelan telur yang berisi
larva yang merupakan bentuk infektif. Larva keluar melalui dinding telur dan
masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian
distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum.
5. Taeniasis
Jenis cacing pita daging ada tiga, yaitu Taenia solium (pada babi), Taenia
saginata (pada sapi), Cysticercus
cellulosae (pada babi). Cacing ini terdapat pada daging yang tidak dimasak
atau dimasak tetapi kurang matang.
D.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI
1. Menurut
Hotes (2003) mengemukakan bahwa faktor-faktor resiko yang dapat mempengaruhi
penyakit cacingan yang penyebarannya melalui tanah, antara lain:
1) Lingkungan
Penyakit
cacingan biasanya terjadi di lingkungan yang kumuh terutama di daerah kota atau
daerah pinggiran (Hotes, 2003). Sedangkan menurut Phiri (2000) yang dikutip Hotes
(2003) bahwa jumlah prevalensi Ascaris lumbricoides banyak ditemukan di
daerah perkotaan. Sedangkan menurut Albonico yang dikutip Hotes (2003) bahwa
jumlah prevalensi tertinggi ditemukan di daerah pinggiran atau pedesaan yang
masyarakat sebagian besar masih hidup dalam kekurangan.
Bertambahnya
penduduk yang tidak seimbang dengan area pemukiman timbul masalah yang
disebabkan oleh pembuangan kotoran manusia yang meningkat. Peranan tinja dalam
penyebaran penyakit sangat besar. Tinja dapat mengkontaminasi makanan, minuman,
air, tanah, dan benda-benda sehingga dapat menyebabkan penyakit bagi orang
lain. Air yang tidak bersih menimbulkan gangguan kesehatan seperti penyakit
cacingan dan penyakit perut.
2) Tanah
Penyebaran
penyakit cacingan dapat melalui terkontaminasinya tanah dengan tinja yang
mengandung telur Trichuris trichiura, telur tumbuh dalam tanah liat yang
lembab dan tanah dengan suhu optimal ± 30ºC (Depkes R.I, 2004:18). Tanah liat
dengan kelembapan tinggi dan suhu yang berkisar antara25ºC-30ºC sangat baik
untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides sampai menjadi bentuk
infektif (Srisasi Gandahusada, 2000:11).Sedangkan untuk pertumbuhan larva Necator
americanus yaitu memerlukan suhu optimum 28ºC-32ºC dan tanah gembur seperti
pasir atau humus, dan untuk Ancylostoma duodenale lebih rendah yaitu
23ºC-25ºC tetapi umumnya lebih kuat (Srisasi Gandahusada, 2006).
3) Iklim
Penyebaran Ascaris
lumbricoides dan Trichuris trichiura yaitu di daerah tropis karena
tingkat kelembabannya cukup tinggi. Sedangkan untuk Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale penyebaran ini paling banyak di daerah panas dan
lembab. Lingkungan yang paling cocok sebagai habitat dengan suhu dan kelembapan
yang tinggi terutama di daerah perkebunan dan pertambangan (Onggowaluyo, 2002).
4) Perilaku
Perilaku mempengaruhi terjadinya infeksi cacingan yaitu yang
ditularkan lewat tanah (Peter J. Hotes, 2003:21). Anak-anak paling sering
terserang penyakit cacingan karena biasanya jari-jari tangan mereka dimasukkan
ke dalam mulut, atau makan nasi tanpa cuci tangan (Oswari, 1991).
Perilaku
juga dapat dicerminkan dengan kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan mencuci
tangan, kebiasaan memotong kuku, dan kebiasaan makan.
5)
Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi mempengaruhi terjadinya cacingan menurut Tshikuka
(1995) dikutip Hotes (2003) yaitu faktor sanitasi yang buruk berhubungan dengan
sosial ekonomi yang rendah.
6)
Status Gizi
Cacingan dapat mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan
(digestif), penyerapan (absorbsi), dan metabolisme makanan. Secara keseluruhan
infeksi cacingan dapat menimbulkan kekurangan zat gizi berupa kalori dan dapat
menyebabkan kekurangan protein serta kehilangan darah. Selain dapat menghambat
perkembangan fisik,anemia, kecerdasan dan produktifitas kerja, juga berpengaruh
besar dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya
(Depkes R.I, 2006).
2.
Menurut Soedarto (1991)
secara epidemiologik ada beberapa faktor yang mempengaruhi kajadian kecacingan
yaitu, faktor sanitasi lingkungan dan faktor manusia. Dalam penanggulangan
cacingan pengawasan sanitasi air dan makanan sangat penting, karena penularan
cacing terjadi melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Sanitasi lingkungan
merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Untuk mencapai kemampuan hidup
di masyarakat maka harus memperhatikan penyediaan air bersih, pengelolaan
jamban dan kamar mandi, dan pengelolaan limbah.
Dari faktor manusia adalah hygiene perorangan. Hygiene perorangan adalah
upaya dari seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya
sendiri yang meliputi memelihara kebersihan, makanan yang sehat, cara hidup
yang teratur, meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani, menghindari
terjadinya penyakit, dan pemeriksaan kesehatan.
Hygiene perorangan sangat berhubungan dengan sanitasi lingkungan,
artinya apabila melakukan hygiene perorangan harus diikuti atau didukung dengan
sanitasi lingkungan yang baik. Kaitan keduanya dapat dilihat misalnya pada saat
mencuci tangan sebelum makan dibutuhkan air bersih yang harus memenuhi syarat
kesehatan.
E.
DAMPAK CACINGAN
1)
Dampak Kecacingan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia
Dalam rangka mewujudkan bangsa yang maju
dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin, pembangunan kesehatan ditujukan
untuk mewujudkan manusia sehat, produktif dan mempunyai daya saing yang tinggi.
Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan
yang tinggi pula, pada pembangunan jangka panjang kedua pembangunan kesehatan
diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas sumber
daya manusia.
Penyakit kecacingan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi terhadap penurunan kualitas SDM, mengingat kecacingan
akan menghambat pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak serta produktifitas
kerja. Sampai saat ini, penyakit kecacingan masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat Indonesia terutama di daerah pedesaan. Sedangkan salah satu faktor
yang mempengaruhi tingginya prevalensi kecacingan adalah kebersihan pribadi
(Depkes RI, 2002).
2)
Dampak Kecacingan terhadap Intelektual
dan Kecerdasan Anak
Secara
umum, berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan mental dan prestasi anak sekolah.
Hasil penelitian Bundy tahun 1992 menunjukkan bahwa anak-anak sekolah dasar di
Jamaika yang terinfeksi cacing cambuk mengalami penurunan kemampuan berfikir.
Penyakit
ini tidak menyebabkan orang mati mendadak, akan tetapi menyebabkan penderita
semakin lemah karena kehilangan darah yang menahun sehingga menurunkan
prestasi. Di samping itu daya tahan tubuh juga menurun sehingga dapat
memperberat penyakit lainnya. (Depkes RI, 1995).
Siswa
yang terinfeksi cacingan akan mengalami 5L yaitu letih, loyo, lelah, lalai, dan
lemas. Bila hal ini mengganggu anak maka akan mengganggu pertumbuhannya.
Kondisi 5L akan membuat anak mudah sakit. Selain itu, kemampuan belajar anak
akan menurun, karena daya tangkap anak yang terinfeksi cacingan lebih lemah
dari pada anak yang tidak cacingan.
3)
Pengaruh Kondisi Sanitasi Lingkungan
terhadap Kecacingan
Pengaruh
lingkungan global dan semakin meningkatnya komunitas manusia serta kesadaran
penciptaan hygiene dan sanitasi yang semakin menurun, merupakan faktor yang
mempunyai andil besar terhadap penularan parasit pada umumnya dan cacing yang
hidup pada manusia khususnya, seperti pembuangan tinja yang kurang memenuhi
syarat kesehatan dan penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
F.
PENCEGAHAN
Pencegahan infeksi berulang sangat penting dengan membiasakan
hidup bersih dan sehat seperti menghindari kontak dengan tanah yang kemungkinan
terkontaminasi feses manusia, cuci tangan dengan sabun dan air sebelum memegang
makanan, dan cuci makanan yang jatuh ke lantai (Lilisari,2007).
Upaya pencegahan dan penanggulangan
infeksi cacingan dapat dengan cara meningkatkan pengetahuan dan perilaku
keluarga tentang hygiene perorangan serta sanitasi lingkungan dan makanan yang
meliputi mandi memakai sabun 2x sehari, memotong dan membersihkan kuku, cuci
tangan sebelum makan dan sehabis buang air besar, memasak makanan dan minuman,
buang air besar di jamban yang memenuhi syarat, dan menjaga kebersihan
lingkungan rumah menggunakan air bersih.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara parasit helmints
dengan kesejahteraan masyarakat adalah sangat erat. Cacingan dapat
mengakibatkan menurunya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya
tumbuh kembang karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh,
misalnya protein, karbohidrat dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia bahkan
penyakit cacingan dapat menyebabkan kebodohan pada anak-anak sehingga terjadi
penurunan Sumber Daya Manusia. Anak yang menderita penyakit cacingan mempunyai
kecenderungan prestasi belajar yang kurang baik. Di samping itu daya tahan tubuh
juga menurun sehingga dapat memperberat penyakit lainnya.
Menurunnya
daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya tumbuh kembang akan
menurunkan produktifitas kerja dalam mencari pendapatan guna memenuhi kebutuhan
primernya. Dengan tidak tercukupinya kebutuhan primer manusia, maka
kesejahteraan manusia tersebut menurun. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat
dilihat melalui besarnya pendapatan yang diterima oleh masyarakat yang
bersangkutan.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Sungkar, Saleha.2008.Parasitologi Kedokteran.Jakarta:Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
·
Widoyono.2001.Penyakit Tropis.Jakarta:Erlangga
·
Sri Alemina Ginting.2002. Hubungan antara Status Sosial Ekonomi dengan
Kejadian Kecacingan pada Anak Usia Sekolah Dasar di Desa Suka Kecamatan Tiga
Panah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara
·
Jalaluddin.2009.Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene, dan Karakteristik Anak
terhadap Infeksi Kecacingan pada Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Blang Mangat
Kota Lhokseumawe.Medan:Universitas Sumatera Utara
·
Pipit, Festi.Hubungan antara Penyakit Cacingan dengan Status Gizi pada Anak Sekolah
Dasar. Diambil dari <<http://www.fik.umsurabaya.ac.id/jurnal/HUBUNGAN-ANTARA-PENYAKIT-CACINGAN-DENGAN-STATUS-GIZI-PADA-ANAK-SEKOLAH-DASAR-SD-DISEKOLAH-DASAR-AL-MUSTOFA-SURABAYA.pdf. >> Di unduh 15
Mei 2013 pukul 19.00 WIB
lw604 pandora chile,sebagoshoesportugal,sorel schuhe,footjoy uk,veja sneakers australia,air jordans australia,pandora cercei,pandora armband,sebago schweizmt847
BalasHapus